Jumat, 02 Maret 2012

Zaman Purba Nusantara

Nenek moyang Indonesia sebenarnya telah menyiapkan warisan sumber-sumber sejarah Nusantara kepada keturunannya. Sayangnya, selain rusak oleh zaman, banyak di antara sumber sejarah ini jatuh ke tangan penjajah. Sumber-sumber berharga ini dapat mereka kuasai, tetapi justru tidak sampai kepada anak turunan penulisnya. Dengan penguasaan mereka, bisa jadi berbagai penelitian sejarah seperti penemuan fosil-fosil terinspirasi catatan sejarah yang dimuat oleh nenek moyang Nusantara. Salah satu tulisan sejarahwan purba Nusantara adalah zaman purba nusantara (purwayuga).
Zaman Purba Nusantara menurut Sejarahwan purba nusantara adalah sebagai berikut:

  1. Penciptaan Bumi
  2. Awal Kehidupan
  3. Awal Manusia
  4. Prathama Puwayuga
  5. Dwitiya Purwayuga
  6. Tritiya Purwayuga
  7. Caturtha Purwayuga
  8. Pancama Purwayuga
Keterangan:


Penciptaan Bumi
Pada awal masa penciptaan permulaan bumi (bhumitala), permukaan bumi menyerupai api yang bercahaya dan menyala.  Berjuta juta tahun kemudian asap gelap di seluruh muka bumi secara berangsur angsur dan terus menerus seluruhnya menghilang. Bumi menjadi dingin. Namun demikian, belum ada mahluk hidup. Kemudian, permukaan bumi ini menjadi gunung-gunung dan lautan.

Awal Kehidupan
Beberapa juta tahun kemudian muncullah tumbuh-tumbuhan kecil, lalu muncul mahluk hidup berupa hewan; kemudian hewan yang hidup di lautan seperti ikan dan sejenisnya. Beberapa juta tahun kemudian, muncul berjenis jenis tumbuhan dan hewan raksasa yang beraneka ragam jenisnya; kemudian bermacam macam mahluk hewan unggas serta hewan lainnya seperti babi hutan dan kuda.

Awal Manusia
Berjuta juta tahun kemudian, muncullah mahluk hidup berwujud manusia tingkatan rendah dan belum sempurna. Mereka adalah manusia purba, manusia hewan, yang seterusnya setelah beribu ribu tahun kemudian berwujud separuh hewan separuh jenis manusia sempurna.

Prathama Purwayuga
Manusia hewan(satwa purusa)
Kira kira 1.000.000 tahun sampai 600.000 tahun yang silam di Nusantara, terutama di Pulau Jawa, hidup manusia yang masih rendah pekertinya dan bersifat seperti hewan. Ada juga yang menyebutnya manusia hewan (satwa purusa) dari zaman purba, karena mereka berlaku seperti setengah hewan. Di antaranya ada yang menyerupai kera, besar dan tinggi sosok tubuhnya, tanpa busana. Ada pula yang seperti raksasa, tubuhnya berbulu dan kejam perangamya.

Ada jenis lain lagi di daerah hutan dan pegunungan yang lain. Mereka mirip kera. Ada yang tinggal di atas pohon, di lereng gunung dan tepi sungai. Mereka berkelahi dan membunuh tanpa menggunakan senjata, hanya menggunakan tangan. Mereka tidak berpakaian dan tidak memiliki budi pekerti seperti manusia sekarang. Kesenangannya ialah berayun ayun pada cabang pohon. Manusia hewan ini terdapat di hutan pulau Jawa, hutan Sumatera, hutan Makasar, dan hutan Kalimantan (Bakulapura).
Manusia raksasa (bhatupurusa)
Di daerah lain di Pulau Jawa, antara 750.000 sampai 300.000 tahun yang silam, hidup manusia hewan yang berjalan tegak seperti manusia. Kulitnya berwarna gelap, tingkah lakunya baik dan lebih cerdas dibandingkan dengan manusia hewan yang berjalan seperti hewan. Tiap hari mereka membuat senjata dari bahan tulang dan batu. Mereka selalu diserang oleh sekelompok manusia hewan yang menyerupai kera. Pertempuran di antara kedua kelompok itu selalu seru. Akan tetapi, manusia hewan yang berjalan tegak seperti manusia itu lebih mahir dalam teknik berkelahi, sehingga akhirnya mahluk manusia hewan yang berjalan seperti hewan itu habis terbunuh tanpa sisa dan lenyap dari muka burni. Manusia hewan yang berjalan seperti manusia itu, disebut juga manusia raksasa (bhutapurusa). Mereka tinggal di dalam goa di lereng gunung.

Manusia jenis ini akhirnya punah karena sejak 600.000 tahun yang silam mereka banyak dibunuh oleh manusia pendatang dari benua utara. Mereka berasal dari Yawana lalu menyebar ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Pulau Jawa. Kira kira 250.000 tahun yang silam, manusia hewan yang berjalan tegak seperti manusia itu habis binasa. Zaman ini oleh para mahakawi dinamai masa purba yang pertama (prathama purwayuga).
Dwitiya Purwayuga
Yaksapurusa
Sementara itu, antara 500.000 sampai 300.000 tahun yang silam, di Sumatera, Jawa Kulwan (Barat) dan Jawa Tengah, hidup manusia yaksa (yaksapurusa) karena rupa mereka seperti yaksa atau danawa. Mereka bertubuh tegap dan tinggi serta senang meminum darah manusia sesamanya, musuh, ataupun binatang. Perangainya kejam dan bertabiat seperti binatang buas. Mahluk jenis ini pun akhirnya punah karena banyak terbunuh dalam pertempuran dengan kaum pendatang baru dari benua utara.
Yaksa mantare
Seterusnya, antara 300.000 sampai 50.000 tahun yang silam, di Jawa Barat dan Jawa Tengah pernah hidup manusia berwujud setengah yaksa (manusia yaksa mantare). Kelompok manusia ini belum diketahui asal-usulnya sebab hampir sama rupanya dengan manusia yaksa yang punah. Akan tetapi bertubuh lebih kecil, berwarna kuit agak gelap, tidak banyak berbulu, serta susila dan cerdas jika dibandingkan dengan manusia yaksa yang telah punah. Kelompok inipun akhirnya punah karena didesak, diburu, dan akhirnya dibinasakan oleh kaum pendatang dari benua utara. Periode ini oleh para mahakawi (pujangga besar) disebut masa purba yang kedua (dwitiya purwwayuga).
Tritiya Purwayuga
Wamana Purusa
Selanjutnya, pernah pula hidup manusia kerdil (wamanapurusa) atau danawa kecil. Mereka itu berwujud yaksa kecil sehingga oleh para mahakawi dinamakan manusia kerdil. Mereka hidup antara 50.000 sampai 25.000 tahun yang silam. Mereka tidak cerdas. Senjata dan perabotannya terbuat dari batu, tetapi buatannya tidak bagus, mahluk jenis inipun akhimya punah. Zaman ini oleh para mahakawi disebuf masa purba pertengahan (madya ning purwwayuga) atau masa purba ketiga (tritiya purwwayuga).
Wamana purusagheng
Ke dalam zaman tersebut, termasuk pula masa hidup jenis manusia kerdil yang bertubuh besar (wamana purusagheng) atau manusia Jawa purba. Mereka menetap di Jawa Tengah dan Jawa Timur antara 40.000 sampai 20.000 tahun yang silam. jumlahnya tidak banyak. Mereka ini pun akhirnya punah karena bencana alam, saling bunuh di antara sesamanya, dan akhirnya seperti juga nasib penghuni Pulau Jawa yang lain, dihabisi oleh kaum pendatang dari benua utara.
Caturtha Purwayuga
Pendatang dari utara : yawana, campa, syangka, timur gaudi (benggala)

Perpindahan (panigit) manusia pendatang dari benua utara: Yawana, Campa, Syangka, dan dari daerah-daerah sebelah tirnur Gaudi (Benggala) menyebar ke Ujung Mendini (Semenanjung Malaysia), Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kutalingga, Gowa, Makasar, dan pulau pulau lain di sebelah belahan timur Nusantara, termasuk Nusa Bali. Mereka tiba di Nusantara kira kira 20.000 tahun sebelum tarikh Saka.

Manusia yaksa kerdil (wamana purusa), sebagal pribumi berperangai buas dan kejam seperti hewan. Oleh sebab itu mereka diperangi dan dikalahkan oleh para pendatang baru.

Sementara itu, manusia purba yang hidup antara 25.000 sampal 10.000 tahun yang silam tidak punah sebab mereka berbaur menjadi satu. Banyak wanita manusia purba itu berjodoh dengan Aria dari kaum pendatang baru. Kerukunan, kerjasama dan perjodohan di antara kedua belah pihak, telah menyelamatkan kelompok manusia purba dari bahaya kepunahan.
Adapun, kaum pendatang baru dari benua utara tersebut tergolong manusia cerdas. Mereka membuat perkakas dan senjata dari batu, kayu, tulang, bambu, serta bahan bahan lain dengan hasil yang hampir bagus (meh wagus). Menurut para mahakawi masa kedatangan orang orang dari benua utara tersebut, dinamakan sebagai masa purba keempat (caturtha purwwayuga).
Pancama Purwayuga
Dari 10.000 tahun sebelum tarikh Saka, sampal tahun pertama Saka, terjadi perpindahan secara bergelombang, kelompok pendatang dari benua utara, yaitu:

1.    antara 10.000 sampai 5.000 tahun sebelum tarikh Saka;
2.    antara 5.000 sampai 3.000 tahun sebelwn tarikh Saka;
3.    antara 3.000 sampai 1.500 tahun sebelum tarikh Saka;
4,    antara 1.500 sampai 1.000 tahun sebelum tarikh Saka;
5.    antara 1000 sampal 600 tahun sebelwn tarikh Saka;
6.    antara 600 sampai 300 tahun sebelum tarikh Saka;
7.    antara 300 sampai 200 tahun sebelum tarikh Saka;
8.    antara 200 sampal 100 tahun sebelwn tarikh Saka;
9.    antara 100 sampai awal tarikh Saka.

Pada masa itu disebut sebagai masa purba kelima.

Sumber: http://ghobro.com/

0 komentar:

Posting Komentar