JAWARA, Didier Drogba. Foto Internet
MUNCHEN - Drama itu akhirnya
terjadi pada final Liga Champions di Allianz Arena, Munchen, Jerman,
kemarin dini hari. Chelsea mengukir sejarah dengan meraih gelar pertama
setelah menang adu penalti 4-3 (1-1) atas tuan rumah Bayern Munchen. Ini
adalah pencapaian terbesar klub asal London yang telah berusia 107
tahun tersebut.Sukses ini seolah menjadi pembalasan setimpal atas kegagalan Chelsea pada final Liga Champions 2008 di Stadion Luzhniki, Moskow. Saat itu The Blues kalah menyakitkan lewat adu penalti (5-6) melawan sesama tim Inggris, Manchester United. Sebelum final melawan Bayern, kegagalan di Moskow menjadi topik yang paling banyak ditanyakan kepada para penggawa Chelsea.
Frank Lampard dan Didier Drogba mengaku tidak akan bisa melupakan kekalahan tersebut. Namun, kini mereka datang ke Munchen untuk meraih kemenangan. "Situasi sekarang berbeda dengan empat tahun lalu. Saya menyesal karena mendapat kartu merah (di Moskow) dan saya telah minta maaf kepada rekan setim," tutur Drogba saat konferensi pers di Allianz Arena.
Drogba membalas kesalahannya empat tahun lalu dengan tampil gemilang saat melawan Bayern. Penyerang asal Pantai Gading itulah yang menghidupkan peluang Chelsea dengan mencetak gol pada menit ke-88. Gol itu membungkam keceriaan kubu Bayern yang sempat unggul setelah heading Thomas Mueller menaklukkan kiper Chelsea Petr Cech pada menit ke-83.
Bayern sesungguhnya punya peluang untuk kembali leading ketika wasit Pedro Proenca menunjuk titik penalti setelah Franck Ribery dilanggar Drogba di kotak terlarang pada menit kelima babak perpanjangan waktu pertama. Sayang, eksekusi Arjen Robben berhasil dimentahkan Cech. FC Hollywood - julukan Bayern - terus menekan. Kendali permainan menang dikuasai tim besutan Jupp Heynckes itu. Di sisi lain, Chelsea lebih banyak menunggu. Klub asal London itu menempatkan lebih banyak pemain di daerah pertahanan dan hanya sesekali menyerang lewat skema counter attact.
Setelah membuang beberapa peluang, kedua tim akhirnya harus melakoni adu penalti setelah tidak ada gol tercipta dalam waktu perpanjangan 2x15 menit. Bayern sejatinya punya modal bagus. Mereka lolos ke final setelah menang adu penalti atas Real Madrid di Santiago Bernabeu. Bayern juga punya Manuel Neuer, kiper tangguh yang jago membendung eksekusi penalti.
Sinyal positif bagi Bayern terlihat saat eksekutor pertama Chelsea, Juan Mata, gagal menjalankan tugas. Tendangannya berhasil diredam oleh Neuer. Sementara itu, tiga eksekutor Bayern berhasil menjebol gawang Chelsea. Mereka adalah Lahm, Mario Gomez, dan Neuer. Di sisi lain, Chelsea menjaga peluang seiring sukses David Luiz dan Frank Lampard sebagai eksekutor.
Situasi berbalik ketika eksekutor keempat Bayern Ivica Olic gagal. Sebaliknya, Ashley Cole sukses menyamakan skor (3-3) untuk Chelsea. Tekanan balik mengarah kepada Bayern. Siapa sangka, Bastian Schweinsteiger, eksekutor kelima Bayern yang menjadi penentu kemenangan saat adu penalti melawan Real, kali ini gagal. Chelsea pun di atas angin. Kubu The Blues akhirnya bersorak setelah Drogba berhasil menperdaya Neuer.
"Tim ini tidak pernah menyerah sampai akhir pertandinga. Ini sangat luar biasa," kata Drogba. "Saya persembahkan gelar ini untuk seluruh pelatih yang pernah menangani tim ini," sambung penyerang 34 tahun yang terpilih sebagai Pemain Terbaik final itu. Der Trainer Bayern Jupp Heynckes tidak mau menyalahkan siapa-siapa terkait kekalahan timnya. Termasuk pada Robben yang gagal menjadi eksekutor penalti di awal babak perpanjangan waktu.
"Anda akan mengerti bahwa setelah gagal saat babak perpanjangan waktu, dia (Robben) mungkin saja kehilangan kepercayaan diri saat adu penalti," katanya. "Chelsea bermain seperti yang kami duga. Kami harus menyalahkan diri kami sendiri karena membuang banyak peluang dan tidak bisa mencetak gol sampai menit ke-83," kata Heynckes, 67. "Selamat untuk Chelsea," tutur pelatih yang membawa Real Madrid juara Liga Champions 1998 itu. (ca)
Sumber : Pontianak Post
0 komentar:
Posting Komentar